HALAMAN DEPAN  |  YOUR MIND  |  PELUANG  \ 
MEREKA  | 

Saturday, April 27, 2013

2 Pertanyaan " To Be Different"


2 Pertanyaan “To Be Different”

Banyak perusahaan yang meng-klaim produknya Unik atau Ber-beda dengan yang lain. sesungguhnya tidak gampang untuk menjelaskan kedua kata sifat tersebut. Pasalnya kedua hal tersebut tidak bisa di ukur secara pasti. Terlebih lagi ketika harus  menjelaskan arti cukup unik, hampir unik atau sangat unik.

Kita tidak disarankan untuk mengatakan produk kita unik. Coba banyangkan dalam iklan pribadinya seorang pria mengatakan dirinya ganteng atau tampan. Kalau memang kenyataannya dirinya tampan, sebenarnya fakta itu sudah tidak usah dikatan lagi, cukuplah seorang pria itu menyertakan fotonya. Lain persoalannya bila seorang pria itu tidak tampan. Dia harus berusaha menjelaskan keunggulan pribadinya, bisa jabatanya atau kekayaannya.

Nah sekarang kita kembalikan ke produk yang kita punya, produk itu bisa disebut unik berdasar salah satu kriteria apa?. Untuk menjelaskan hal ini. Menurut seorang Consultant Stephen Cranston. Kita boleh mengklaim diri kita unik jika dapat menyelesaikan kalimat ini “ produk kami adalah satu-satunya yang. . . . .”. setelah ini masih ada pertanyaan selanjutnya yang harus dijawab.

So What, Gitu Loh?

Bila kita menyebut produk kita unik. Untuk mengujinya, bertanyalah kepada diri sendiri, So What Gitu Loh? Atau Who Cares? Sebagai contoh, kita mempunyai Apotek milik kita sendiri yang buka 24 jam non-stop sehari. Lha ini bisa disebut unik, bila kita mempunyai restoran yang satu-satunya memiliki taplak meja biru se jawa timur, akan tetapi ini belum bisa menjadi alasan orang untuk datang dan makan direstoran kita.

Maksutnya, dari beberapa contoh tersebut, terkesan selama ini banyak seorang pengusaha lebih mementingkan unsur Unik atau Berbeda sebagai tujuan utama. Padahal, tampil beda tidak akan punya arti kecuali perbedaan tersebut menjadi alasan seorang consumen untuk membeli produk atau mengunakan produk kita. sesungguhnya strategi diferensasi tidak dimaksudkan melulu untuk produk , melainkan untuk dilihat dalam prospektif pelanggan. Strategi ini akan berhasil bila pelanggan memutuskun mengambil produk kita karena mampu memenuhi kebutuhan mereka. Bukan karena produk kita berbeda atau unik, diferensasi produk kita  baru akan berarti bagi konsumen bila terbukti memiliki kelebihan dibandingkan produk sejenis.

Dengan kata lain, kita harus bisa membuktikan kepada para konsumen , kelebihan yang terkandung dalam produk kita yang sudah kita klaim. Misalnya, layanan kita lebih cepat, lebih murah, dan lebih baik, bila kita mempunyai produk makanan, rasanya lebih enak, lbih sehat, atau menawarkan keuntungan atau kelebihan dibandingkan dengan kompetitor.

Blue Ocean, Red Ocean, atau Kolam?

Strategi Lautan Biru ( blue ocean strategy ) yang akhir-akhir ini mulai populer lagi  bisa kita bilang untuk sepuluh tahun ini. Strategi ini banyak digunakan oleh para Consultan bisnis ketika membahas soal diferensisasi usaha. Biasanya trik-trik yang digunakan banyak perusahaan untuk menciptakan lautan biru mereka adalah dengan mendefisikan ulang bisnis mereka. Yakni mengubahnya menjadi suatu kategory baru yang yang berbeda dari sebelumnya, dengan demikian produk kita menjadi nomer satu  dalam kategori baru tersebut. namun yang banyak orang tidak disadari, bila kita menempatkan produk kita seperti itu, bisa jadi produk kita hanya akan berada di sebuah kolam, bukan dalam lautan yang potensial.

Disinilah kita terlihat kelemahan atau kerugiannya bila kita bermain dalam kolam yang hanya satu katagori, alias tidak punya kompetitor. Pasalnya seorang konsumen ketika akan memutuskan untuk membeli sebuah barang selalu membuat perbandingan antara produk satu dengan produk yang lain.

Berarti bagaimana, seharusnya kita melangkah. Mau tidak mau, suka tidak suka, kita harus bertempur habis-habisan dalam Lautan Merah ( Red Ocean ). Di tempat inilah diperlukan action yang sesungguhnya. Kita harus bisa menyakinkan konsumen bahwa produk kita berbeda dan punya kelebihan dibandingkan kompetitor sehingga konsumen memiliki pilihan  yang jelas. Bukan asal tampil beda tanpa dasar jelas untuk dipertandingkan dengan produk yang lain.

Sebagai contah nyata- mari kita menilik ke belakang jejak kehadiran margarine. Awalnya ketiak margarine diluncurkan di pasaran  diharapkan mampu menciptakan Lautan Biru. Dalam kampanyenya promonya dikatakan produk ini harganya lebih murah dan lebih sehat dibandingkan dengan mentega, namun apa yang terjadi???  Masyarakat penguna margarine justru binggung , tampang margarine tidak seperti mentega. Setahu masyarakat margarine berwarana putih, sedangkan mentega berwarna kuning, jadi kedua produk tersebut tidak bisa dipertandingkan. Alhasil penjualan margarine gagal. Menyadari kesalahan tersebut, akhirnya produk margarine tersebut dimodifikasi, warnanya dibuat menjadi kuning sehingga menyamai mentega. Sehingga tidak ada yang berbeda lagi antara margarine dan mentega. Ternyata kiat ini berhasil.

4 Poin - Harus Punya Kelebihan
1.      Jangan membuat diferensasi sekedar hanya untuk tampil beda.
2.      Jangan membuat diferensasi hanya untuk mencari perhatian.
3.      Buatlah diferensasi sedemikian rupa sehingga bisa menjadi saran yang menguntungkan bagi pelanggan.
4.      Buatlah diferensasi yang konsisten dengan strategi produk kita.

/- idebisnis-/
semoga bermanfaat.

No comments:

Post a Comment