2 Pertanyaan “To Be
Different”
Banyak perusahaan yang meng-klaim produknya Unik atau Ber-beda dengan yang lain. sesungguhnya tidak gampang untuk
menjelaskan kedua kata sifat tersebut. Pasalnya kedua hal tersebut tidak bisa di
ukur secara pasti. Terlebih lagi ketika harus
menjelaskan arti cukup unik,
hampir unik atau sangat unik.
Kita tidak disarankan untuk mengatakan produk kita unik. Coba
banyangkan dalam iklan pribadinya seorang pria mengatakan dirinya ganteng atau
tampan. Kalau memang kenyataannya dirinya tampan, sebenarnya fakta itu sudah
tidak usah dikatan lagi, cukuplah seorang pria itu menyertakan fotonya. Lain
persoalannya bila seorang pria itu tidak tampan. Dia harus berusaha menjelaskan
keunggulan pribadinya, bisa jabatanya atau kekayaannya.
Nah sekarang kita kembalikan ke produk yang kita punya,
produk itu bisa disebut unik berdasar salah satu kriteria apa?. Untuk menjelaskan
hal ini. Menurut seorang Consultant Stephen Cranston. Kita boleh mengklaim diri
kita unik jika dapat menyelesaikan kalimat ini “ produk kami adalah
satu-satunya yang. . . . .”. setelah ini masih ada pertanyaan selanjutnya yang
harus dijawab.
So What, Gitu Loh?
Bila kita menyebut produk kita unik. Untuk mengujinya,
bertanyalah kepada diri sendiri, So What Gitu Loh? Atau Who Cares? Sebagai contoh,
kita mempunyai Apotek milik kita sendiri yang buka 24 jam non-stop sehari. Lha
ini bisa disebut unik, bila kita mempunyai restoran yang satu-satunya memiliki
taplak meja biru se jawa timur, akan tetapi ini belum bisa menjadi alasan orang
untuk datang dan makan direstoran kita.
Maksutnya, dari beberapa contoh tersebut, terkesan selama ini
banyak seorang pengusaha lebih mementingkan unsur Unik atau Berbeda sebagai
tujuan utama. Padahal, tampil beda tidak akan punya arti kecuali perbedaan
tersebut menjadi alasan seorang consumen untuk membeli produk atau mengunakan
produk kita. sesungguhnya strategi diferensasi tidak dimaksudkan melulu untuk
produk , melainkan untuk dilihat dalam prospektif pelanggan. Strategi ini akan
berhasil bila pelanggan memutuskun mengambil produk kita karena mampu memenuhi
kebutuhan mereka. Bukan karena produk kita berbeda atau unik, diferensasi
produk kita baru akan berarti bagi konsumen
bila terbukti memiliki kelebihan dibandingkan produk sejenis.
Dengan kata lain, kita harus bisa membuktikan kepada para
konsumen , kelebihan yang terkandung dalam produk kita yang sudah kita klaim. Misalnya,
layanan kita lebih cepat, lebih murah, dan lebih baik, bila kita mempunyai
produk makanan, rasanya lebih enak, lbih sehat, atau menawarkan keuntungan atau
kelebihan dibandingkan dengan kompetitor.
Blue Ocean, Red Ocean,
atau Kolam?
Strategi Lautan Biru ( blue ocean strategy ) yang akhir-akhir
ini mulai populer lagi bisa kita bilang
untuk sepuluh tahun ini. Strategi ini banyak digunakan oleh para Consultan
bisnis ketika membahas soal diferensisasi usaha. Biasanya trik-trik yang
digunakan banyak perusahaan untuk menciptakan lautan biru mereka adalah dengan
mendefisikan ulang bisnis mereka. Yakni mengubahnya menjadi suatu kategory baru
yang yang berbeda dari sebelumnya, dengan demikian produk kita menjadi nomer
satu dalam kategori baru tersebut. namun
yang banyak orang tidak disadari, bila kita menempatkan produk kita seperti
itu, bisa jadi produk kita hanya akan berada di sebuah kolam, bukan dalam
lautan yang potensial.
Disinilah kita terlihat kelemahan atau kerugiannya bila kita
bermain dalam kolam yang hanya satu katagori, alias tidak punya kompetitor. Pasalnya
seorang konsumen ketika akan memutuskan untuk membeli sebuah barang selalu membuat
perbandingan antara produk satu dengan produk yang lain.
Berarti bagaimana, seharusnya kita melangkah. Mau tidak mau,
suka tidak suka, kita harus bertempur habis-habisan dalam Lautan Merah ( Red
Ocean ). Di tempat inilah diperlukan action yang sesungguhnya. Kita harus bisa
menyakinkan konsumen bahwa produk kita berbeda dan punya kelebihan dibandingkan
kompetitor sehingga konsumen memiliki pilihan
yang jelas. Bukan asal tampil beda tanpa dasar jelas untuk
dipertandingkan dengan produk yang lain.
Sebagai contah nyata- mari kita menilik ke belakang jejak
kehadiran margarine. Awalnya ketiak margarine diluncurkan di pasaran diharapkan mampu menciptakan Lautan Biru. Dalam
kampanyenya promonya dikatakan produk ini harganya lebih murah dan lebih sehat dibandingkan
dengan mentega, namun apa yang terjadi???
Masyarakat penguna margarine justru binggung , tampang margarine tidak
seperti mentega. Setahu masyarakat margarine berwarana putih, sedangkan mentega
berwarna kuning, jadi kedua produk tersebut tidak bisa dipertandingkan. Alhasil
penjualan margarine gagal. Menyadari kesalahan tersebut, akhirnya produk
margarine tersebut dimodifikasi, warnanya dibuat menjadi kuning sehingga
menyamai mentega. Sehingga tidak ada yang berbeda lagi antara margarine dan
mentega. Ternyata kiat ini berhasil.
4 Poin - Harus Punya Kelebihan
1.
Jangan
membuat diferensasi sekedar hanya untuk tampil beda.
2.
Jangan
membuat diferensasi hanya untuk mencari perhatian.
3.
Buatlah
diferensasi sedemikian rupa sehingga bisa menjadi saran yang menguntungkan bagi
pelanggan.
4.
Buatlah
diferensasi yang konsisten dengan strategi produk kita.
/-
idebisnis-/
semoga bermanfaat.
No comments:
Post a Comment