Kisah Inspiratif Jatuh
Bangunya Mantan Milyader Si Penjual Somay
Pak Sriyono menjadi topik hangat
di kalangan komunitas entrepreneur. Sebab, selain berjualan dengan kostum dan
perlengkapan mencolok serbapink, kegigihannya dalam berwirausaha menjadi
inspirasi tersendiri bagi Pengusaha di Indonesia.
Dia Adalah Maestro Somay
Pink
Jalan hidup tak bisa ditebak oleh
siapapun begitu juga dengan Sriyono, seorang mantan miliarder, kini berjualan
siomay keliling. Namun, berkat penampilannya yang eksentrik, predikat miliarder
itu tampaknya bakal akan kembali disandangnya.
Menjadi penjual siomay keliling
dengan pakaian dan aksesori serba pink membuat Sriyono terkenal, terutama di
dunia maya. Mantan miliarder itu juga pernah menjadi bintang tamu di sebuah
stasiun televisi. Bahkan, ada yang menawari bermain sinetron. Semua itu dia
lakukan demi bisa bertemu kedua anaknya tercinta.
Siomay Pink juga menjadi
identitas pria asal Klaten, Jawa Tengah, itu di dunia maya. Mesin pencari
Google menyebut 83.500 hasil yang merujuk pada usaha siomay yang dijalankan
Sriyono, sambil berkeliling di atas sepeda pink.
Kecintaan Warna Pink
Demi Anak Tercinta
Sriyono juga mengenakan kaus
pink, bercelana pendek pink, topi pink, serta jam dan bahkan anting pink, dia
mempunyai.
“Mungkin karena saya dianggap
nyentrik. Itu saja. Tapi, entahlah, saya nikmati saja momen-momen ini” ujarnya
sambil melayani pelanggan. Dia pun meracik bumbu siomay dari panci pink yang
terikat di belakang sepeda pink yang telah dimodifikasi dengan sejumlah kotak
kayu yang juga berwarna pink. Di depan sepeda itu terdapat dua keranjang pink
dengan dua teddy bear pink terduduk di dalamnya.
Masa Lalu yang Harus
Dilewati Sriyono
Siapa sangka ternyata di balik
penampilan nyentrik itu, tersimpan kisah perjuangan hidup yang cukup berliku.
Kisah sukses Sriyono dimulai pada
1969 ketika pria kelahiran Klaten, 21 Juli 1954, tersebut merantau ke Jakarta
untuk menjadi sales mobil. Ketika itu, tiba-tiba saja dia sangat gemar pada
siomay dan memutuskan untuk belajar cara membuat makanan itu. Dia lantas
berguru pada seorang keturunan Tiongkok asal Pulau Bangka.
Dialah yang mengajari Sriyono
membuat siomay. Setahun penuh Sriyono bekerja tanpa digaji untuk mendapatkan
resep rahasia sang penjual siomay itu. Beberapa tahun kemudian, sang guru
meninggal dan mewariskan usaha Siomay kepada Sriyono. Pada 1980-an, Sriyono
memberanikan diri memulai usaha siomay keliling di Jakarta dengan modal
patungan dengan beberapa teman.
Berbagai cara ditempuh untuk
membesarkan usaha tersebut. Mulai membikin armada siomay sepeda keliling sampai
mendirikan warung-warung kecil.
Awal Sukses Sriyono 2
Milyar Per Tahun
Puncak sukses diraih pada 1996
ketika dirinya berhasil membuat outlet di salah satu mal elite di ibu kota,
yakni Plaza Senayan. Sriyono adalah pendiri dan pemilik outlet Siomay Senayan
dengan beberapa cabang. Pendapatan bisnisnya ketika itu mencapai Rp 2 miliar
per tahun.
Bahkan, bisnisnya sangat kuat
sehingga ketika krisis 1998 menerpa modalnya tidak berkurang. Tapi, dia justru
masih bisa mendirikan outlet di beberapa tempat lain.
Sebab Kehancuran Diri
dan Usahanya
Dia menikmati sukses berjualan
siomay dengan berstatus bujangan. Sriyono mengenang, tinggal di ibu kota dengan
duit melimpah ketika itu bagai hidup di surga. April 1999, Sriyono memutuskan
untuk mengakhiri masa lajang dan menikahi putri seorang polisi.
Pernikahan yang tidak direstui
orang tua sang istri itu kemudian menjadi bom waktu bagi kehidupan Sriyono.
Pertengkaran demi pertengkaran pun terus muncul sehingga konsentrasi Sriyono pada
bisnisnya mulai berkurang. Ketika itu, dia menjadi satu-satunya pengusaha
siomay yang meneken kontrak dengan gerai waralaba Kentucky Fried Chicken (KFC).
Dia menyuplai siomay di puluhan gerai KFC di Jakarta yang ketika itu memiliki
menu khusus siomay.
Namun, persoalan rumah tangga
yang tak kunjung selesai pelan-pelan membuat manajemen bisnisnya kolaps.
Akhirnya, Sriyono terpaksa menjual hak paten Siomay Senayan dan usahanya pun
gulung tikar.
Awal 2004, setelah 4 tahun 7 bulan berumah tangga dan dikarunia
dua anak, yakni Peksi Safira Miradalita (kini 11 tahun) dan Pramesti Dewi
Angelita (kini 10 tahun), sang istri menggugat cerai Sriyono. “Saya ingat.
(Saat itu) hanya baju yang melekat di badan yang saya miliki” kenangnya sambil
menerawang.
Setelah perceraian, sang istri
kemudian mengasingkan diri dan membawa serta dua anak Sriyono. Sejak itu dia
pun tidak pernah lagi bertemu dua buah hatinya. Dalam kondisi bangkrut, Sriyono
sempat ditampung mantan rekan-rekan bisnisnya.
Sriyono Mencoba Bangkit
Tapi Gagal Lagi
Dia pun sempat mendapat bantuan
modal dan berusaha merintis lagi usaha siomay kelilingnya mulai nol dengan
konsep awal, yakni belasan armada siomay keliling. Tapi, pada 2008, usaha itu
lagi-lagi bangkrut. “Saya selalu ingat anak saya dan rindu yang tidak tertahan
membuat saya sulit berkonsentrasi” katanya. Kegagalan kali ini membuat Sriyono
tertekan.
Dia pun memilih menjadi
gelandangan dan tinggal di jalanan kota-kota Jakarta. Tiap malam, dia tidur
berpindah-pindah, dari halte bus ke kolong jembatan dan dari pinggir jalan ke
masjid-masjid. Hingga 2009, Sriyono memilih menetap di Masjid Al-Bina di
kawasan Senayan.
Sriyono Bangkit Ke 2, Akan
Tetapi Jatuh Lagi
Setelah beberapa minggu tinggal
di sana, tiba-tiba dia mendapat bantuan modal dari seorang jamaah pengajian
yang mengetahui latar belakang dirinya sebagai pengusaha siomay. “Waktu itu
saya diberi modal Rp 1 juta untuk memulai bisnis lagi” katanya.
Awal 2010, Sriyono pun sudah
memiliki gerai siomay di mal Pasaraya Blok M yang bernama Siomay Maestro.
Namun, lagi-lagi karena tinggal kesepian dan rindu kepada dua buah hatinya,
konsentrasinya dalam berbisnis terganggu. Dia pun kembali bangkrut. Sampai saat
ini, Sriyono masih berutang kepada manajemen Pasaraya Rp 13 juta.
Somay Pink Menjadi Ide
Briliannya
Di ambang keputusasaan, sebulan
menjelang bulan puasa 2010, dia memutar otak dan mendapat ide brilian. Yakni,
kembali memulai usaha siomay keliling, tapi dengan tampilan yang eksentrik. Diharapkan,
ketika dia menjadi eksentrik, sang anak akan mengetahui dan dirinya dapat
bersua dua buah hatinya setelah lima tahun berpisah tanpa kabar itu. Sriyono
pun memutuskan mengenakan warna pink sebagai seragam berjualan. Pernak-pernik
pink pun dikenakan untuk berdagang keliling.
Dia juga berusaha tampil di
setiap momentum di mana publik Jakarta banyak yang berkumpul. Sriyono akhirnya
dijuluki ’’maskot’’ dalam even Hari Bebas Kendaraan alias Car Free Day yang
diberlakukan sebulan sekali di jalan protokol Jakarta. ’’Semakin banyak orang
yang kenal saya, kesempatan untuk bertemu kembali dengan anak saya semakin
besar,’’ katanya.
Karena Pink, Hinaan Dan
Cacian Kerap Sriyono Dapatkan
Tapi, usaha tampil nyeleneh itu
tidak semudah yang dia bayangkan. Setiap hari, bahkan sampai sekarang, Sriyono
harus rela menjadi bahan ejekan orang-orang yang lewat. Tak jarang perkataan
mereka sangat pedas dan menusuk hati. Tak sedikit yang mengira Sriyono adalah
seorang waria yang nyambi berjualan siomay saat siang dan ’’berpraktik’’ saat
malam.
Tapi, demi menemukan sang anak,
hinaan dan cacian itu ditanggapi dengan senyum dan hati ikhlas. Bahkan, kini
dia sudah memiliki 34 kaus pink, 18 pasang sandal pink, 12 topi pink, 3 jam
pink, 3 pasang kacamata pink, kalung pink braces, anting-anting pink, dan tiga
pasang sepatu pink.
Upaya tampil eksentrik itu
membuahkan hasil ketika dirinya muncul sebagai topik di Twitter dan BlackBerry
Messenger. Popularitasnya menanjak ketika kisah usahanya dipublikasikan di
situs kaskus.
Sriyono Akhirnya Bisa Bertemu
Dengan Buah Hatinya
Pertengahan Desember 2010, sebuah
koran berbahasa Inggris di Jakarta memuat foto Sriyono dengan full aksesori
pink. Hasilnya, pekan lalu, awal Januari 2010, sebuah televisi nasional
berhasil mempertemukan Sriyono dengan sang anak.
“Waktu itu, rasa senangnya tak
terhingga. Saya bersyukur mereka mengakui saya sebagai bapak, walaupun mereka
memiliki ayah tiri warga Inggris yang kaya” ujarnya, kali ini sambil terisak.
Predikat Milyader
Rasanya Akan Disandangnya Lagi
Tampil di televisi mendatangkan
keuntungan bagi usaha Sriyono. Dalam dua pekan terakhir, omzet berjualan
keliling yang biasanya hanya Rp 200 ribu per hari naik lima kali lipat menjadi
Rp 1 juta per hari. Banyak pesanan dalam jumlah besar sehingga pendapatan
berjualan berkeliling terdongkrak. Sejak pekan lalu, seorang pengusaha getol
menawari Sriyono untuk membuka franchise siomay Yo Pink di beberapa lokasi di
Jakarta.
Dia juga mendapat tawaran untuk
bermain sinetron. Rundown jadwal casting oleh sebuah rumah produksi juga sudah
di tangannya. Lalu, apa yang akan dilakukan sekarang? Sriyono menyatakan,
dirinya masih berencana meneruskan usaha berjualan dan akan membuka warung
kecil di Jalan Otto Iskandar Muda, Jakarta. Dia fokus meraih sukses lagi dengan
Siomay Yo Pink itu.
“Saya ingin anak saya bangga
dengan bapaknya si penjual siomay berkaus pink ini. Saya akan bangkit demi
putri-putri saya” ujarnya lantas tersenyum. Sekian semoga bermanfaat Guys- Dompet Dhuafa-
No comments:
Post a Comment